FALAKATA – Ada kisah sedih Rasulullah SAW setelah beliau menerima wahyu. Kisah sedih Rasulullah SAW itu terjadi setelah paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau yakni Khadijah meninggal dunia.

Saat-saat sedih usai orang-orang terdekat beliau meninggal dunia, terlebih paman beliau Abu Thalib yang selalu melindunginya meninggal dunia, orang-orang Quraisy semakin gencar menyakiti Rasulullah SAW.

Maka, saat itu beliau memutuskan untuk pergi ke Kota Tha’if ditemani seorang sahabat bernama Zait bin Haritsah. Di sana beliau berharap dakwah atau ajaran yang dibawa beliau diterima penduduk Tha’if.

Namun harapan tersebut pun berbanding terbalik. Dakwah yang dibawa Rasulullah SAW tak diterima penduduk Tha’if, beliau diusir, bahkan dilempari batu hingga tubuh beliau belumuran darah.

Sahabat beliau Zait bin Haritsah yang berusaha melindungi Rasulullah SAW pun dilempari batu hingga tubuhnya pun berdarah. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke Mekkah.

Saat melanjutkan perjalanan ke Mekkah, beliau sampai di suatu tempat bernama Qarnuts Tsa’alib, di situ Rasulullah SAW menghadapkan wajah beliau ke atas dan terlihat awan yang melindungi beliau, dan di atas pun terlihat Jibril.

Jibril berseru; “Sesungguhnya Allah SWT sudah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu dan apa yang mereka lakukan terhadap dirimu. Allah SWT telah mengutus seorang malaikat penjaga gunung, agar engkau menyuruhnya menurut apapun yang engkau kehendaki.”

Lalu malaikat penjaga gunung berseru kepada Rasulullah SAW, mengucapkan salam kemudian berkata, “Wahai Muhammad, itu sudah terjadi, dan apa yang engkau kehendaki? Jika engkau menghendaki untuk meratakan Akhsyabaini (Akhsyabaini adalah dua gunung di Mekkah yaitu gunung Abu Qubais dan gunung di seberangnya. yaitu gunung Qa alqa’an) tentu aku akan melakukannya.”

Dengan murkanya malaikat penjaga gunung karena beliau diusir hingga dilempari batu penduduk Tha’if, hingga malaikat penjaga gunung bersedia menghendaki apa yang diserukan Rasulullah SAW untuk membalas penduduk di sana.

Namun Rasulullah SAW tak membalas sedikit pun yang sudah beliau rasakan. Beliau bersabda; “Bahkan aku berharap kepada Allah SWT agar Dia mengeluarkan dari kalangan mereka orang-orang yang menyembah Allah SWT semata dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.”

Demikianlah kisah sedih Rasulullah SAW saat menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Perlakukan buruk penduduk Tha’if tak dibalas keburukan oleh beliau, bahkan beliau senantiasa mendoakan penduduk Tha’if.

Kisah ini ditulis dalam buku berjudul Kisah Rasulullah SAW dan Malaikat Penjaga Gunung yang ditulis oleh Nida disertai dengan ilustrasi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan